umai.unnes.ac.id
"Yang Keren yang Mentoring"

Minggu, 02 Juni 2013

Yukkk.... Mentoring Lanjut . . . ,

Mentoring Lanjut
membentuk kesholihan pribadi dan sosial...,

Hakikat ilmu adalah menambah pemahaman bagi yang mempelajari. Semakin bertambah kepahaman seseorang maka akan semakin bertambah imannya. Dan betambahnya iman seseorang akan berkorelasi positif terhadap amalan ibadahnya. Sementara ibadah yang dilakukan dengan benar, dengan kesungguhan, dan dengan niat tulus kepada Allah SWT pasti akan membekas pada diri seseorang. Nah bekas inilah yang kita sebut dengan akhlak. Maka tidak salah jika dalam 10 akhlak pribadi muslim 3 urutan perama adalah salimul akidah (akidah yang lurus), shohihul ibadah (ibadah yang benar) dan matinul khuluq (akhlak yang kokoh) adalah 3 urutan pas dan tidak bisa dibolak balik. Akidah/keimanan akan berbanding lurus terhadap ibadah (amal) dan berbanding lurus terhadap akhlak seseorang.
Sudah berapa lamakah kita menuntut ilmu? Ya berhitung, TK 1-2 tahun, SD 6 tahun, SMP 3  tahun, SMA 3 tahun, kuliah? Ya dihitung sendiri. Logikanya semakin banyak ilmu yg masuk pada kita harusnya keimanan dan ketaqwaan kita kepad Allah SWT (baca: kesholihan diri) pun bertambah. Seperti dalam TAP MPR bahwa hakikat pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME. Rosulullah SAW bersabda bahwa siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia beruntung, siapa yang hari ini=hari kemaren maka dia merugi, dan siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemaren maka dia binasa. Nah kamu termasuk yang mana? Selama sekian tahun kita menuntut ilmu apakah berefek pada lebih sholihnya kita, sama saja, ataukah lebih buruk? Nah renungkan sendiri.
Tidak berefeknya perubahan (menjadi lebih sholih) diri kita bisa disebabkan karena disorientasi menuntut ilmu, tidak seimbangnya ilmu, dan non kontinu. Pertama Disorientasi menuntut ilmu, maksudnya bahwa selama ini kita (kebanyakan orang) menuntut ilmu orientasinya adalah untuk mencari status akademik, memperoleh gelar, prestari, dan profesi. Sehingga mereka sering mengartikan secara sempit bahwa menuntut ilmu adalah di sekolah dengan mengikuti jengjang pendidikan dr TK sampai PT. Nah hal ini perlu kita luruskan dan kita ubah paradigma kita bahwa sejatinya, pada hakikatnya, dan yang sebenarnya (?) menuntut ilmu tujuannya adalah untuk meningkatkan IMTAQ kepada Allah SWT, meraih kesuksesan hidup dunia dan akhirat. Ketika paradigma itu sudah kita tanamkan dalam diri maka pasti setiap kita akan sadar dan bergerak untuk menyeimbangkan antara ilmu yang kita dapat di perkuliahan dengan ilmu agama.  Kedua tidak seimbangnya ilmu. Selama ini apa saja yang sudah ita pelajari? Sudahkah seimbang antara ilmu pemenuhan fikriyah (akal) dan ilmu pemenuhan ruhiyah? Jangan sampai kita hanya berat pada ilmu2 bidang studi kita tapi asing dengan ilmu agama kita sendiri. Asing dengan jilbab, asing dengan sholat jamaah, asing dengan al Qur’an, asing dengan masijid kampus, sholat masih bolong (hih, bukan level mahasiswa). Dan yang ketiga non kuntinu alias mondag mandeg atau bahkan mandeg sama sekali. Ya sekarang buang jauh2 pikiran sesat kalo yang namanya ngaji itu pas di pesantren aja, atau dulu waktu jaman esde aja, trus sekarang udah gede ga perlu ngaji, atau ngaji (baca: menuntut ilmu agama) tu cukup 1 semester aja, atau 1 tahun, 2 tahun, atau satu kali pertemuan kajian aja. Cukup. Nah inilah yang bikin ilmu yang sudah kita dapat tidak memberikan hasil sholih permanen pada diri kita.
Nah shobat shobat sekalian, belajar dari kisah para shahabat/shohabiayah Rosul, Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Ja’far, Hamzah de el el, mereka sampai luar biasa karena mereka senantiasa kontinyu, tdk pernah berhenti dalam mengikuti pembinaan yg dilakukan oleh Rosul, bahkan sampai Rosulullah wafatpun mereka masih melanjutkan pembinaan yang dilakukan Rosul kepada umat. Mereka tdk menuntut ilmu hanya ketika Rosul masih hidup saja atau dalam kurun waktu tertentu saja, tetapi mereka melakukannya sepanjang hidup mereka. Demekianpun yang dikakukan generasi2 sejanjutnya, para ulama, slafush sholih, sampai pada zaman sekarang di kampus kita, kakak2 mentor, ketua2 UKM, ketua BEM, aktivis2 kampus, mahasiswa berprestasi, merekapun mengikuti pembinaan intensif dalam kelompok2 kecil alias mentoring.
Nah  shobat–shobat mentee, TPAI punya program bwt kalian yang masih ingin berjuang mensholihkan diri (mengKERENkan diri, krn yang KEREN yang MENTORING), yapz namanya MENLAN (mentoring lanjut). Melalui program tersebut kami ingin memfasilitasi dan mengajak teman2 sekalian untuk melanjutkan mentoring. Dan ini adalah mentoring yang sebenarnya, bukan karena nilai PAI (nah tu kan disorientasi lagi) atau “karena karena” yang lain (ga ikhlas). Akan dapat banyak ilmu tentang Islam, diskusi, sharing, belajar ngaji, dan ada program2 menarik lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar