Download Terbaru
Jumat, 07 Juni 2013
Diposting oleh
Unknown
di
21.53
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Seringkali tanpa sadar kita mengkritik, mencibir, bahkan menghina saudara seiman kita, yang sedang berproses untuk menjadi muslim yang baik.
jilbab masih cekak, "mending gausah jilbaban aja sekalian, neng!"
belajar berdzikir lewat shalawatan, "huh, taqlid buta!"
belajar pake gamis, "bajunya muslim, kelakuannya masih kayak orang nggak inget akherat!"
Tahukah engkau, bahwa kaffah itu tidak diraih dalam waktu semalam? Dia butuh proses.
Ya, proses.
Jadi, tahan lisanmu saat melihat saudaramu agamanya belum sempurna. Semangati ia, arahkan ia.
di-share ya, untuk berbagi manfaatnya
belajar berdzikir lewat shalawatan, "huh, taqlid buta!"
belajar pake gamis, "bajunya muslim, kelakuannya masih kayak orang nggak inget akherat!"
Tahukah engkau, bahwa kaffah itu tidak diraih dalam waktu semalam? Dia butuh proses.
Ya, proses.
Jadi, tahan lisanmu saat melihat saudaramu agamanya belum sempurna. Semangati ia, arahkan ia.
di-share ya, untuk berbagi manfaatnya
Diposting oleh
Unknown
di
13.54
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

![]() |
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMu,
telah berjumpa dalam taat padaMu,
telah bersatu dalam dakwah padaMu,
telah berpadu dalam membela syari’atMu.
Kukuhkanlah, ya Allah, ikatannya.
Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan nur cahayaMu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepadaMu dan
keindahan bertawakkal kepadaMu.
Nyalakanlah hati kami dengan berma’rifat padaMu.
Matikanlah kami dalam syahid di jalanMu.
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah. Amin. Sampaikanlah kesejahteraan, ya Allah, pada junjungan kami, Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan.
Diposting oleh
Unknown
di
13.35
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Minggu, 02 Juni 2013
Yukkk.... Mentoring Lanjut . . . ,
Mentoring
Lanjut
membentuk kesholihan pribadi dan sosial...,
Hakikat ilmu adalah menambah pemahaman bagi yang mempelajari. Semakin bertambah kepahaman seseorang maka akan semakin bertambah imannya. Dan betambahnya iman seseorang akan berkorelasi positif terhadap amalan ibadahnya. Sementara ibadah yang dilakukan dengan benar, dengan kesungguhan, dan dengan niat tulus kepada Allah SWT pasti akan membekas pada diri seseorang. Nah bekas inilah yang kita sebut dengan akhlak. Maka tidak salah jika dalam 10 akhlak pribadi muslim 3 urutan perama adalah salimul akidah (akidah yang lurus), shohihul ibadah (ibadah yang benar) dan matinul khuluq (akhlak yang kokoh) adalah 3 urutan pas dan tidak bisa dibolak balik. Akidah/keimanan akan berbanding lurus terhadap ibadah (amal) dan berbanding lurus terhadap akhlak seseorang.
Sudah
berapa lamakah kita menuntut ilmu? Ya berhitung, TK 1-2 tahun, SD 6 tahun, SMP
3 tahun, SMA 3 tahun, kuliah? Ya dihitung
sendiri. Logikanya semakin banyak ilmu yg masuk pada kita harusnya keimanan dan
ketaqwaan kita kepad Allah SWT (baca: kesholihan diri) pun bertambah. Seperti
dalam TAP MPR bahwa hakikat pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME. Rosulullah SAW bersabda bahwa siapa
yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia beruntung, siapa yang hari
ini=hari kemaren maka dia merugi, dan siapa yang hari ini lebih buruk dari hari
kemaren maka dia binasa. Nah kamu termasuk yang mana? Selama sekian tahun kita
menuntut ilmu apakah berefek pada lebih sholihnya kita, sama saja, ataukah
lebih buruk? Nah renungkan sendiri.
Tidak
berefeknya perubahan (menjadi lebih sholih) diri kita bisa disebabkan karena
disorientasi menuntut ilmu, tidak seimbangnya ilmu, dan non kontinu. Pertama Disorientasi
menuntut ilmu, maksudnya bahwa selama ini kita (kebanyakan orang) menuntut ilmu
orientasinya adalah untuk mencari status akademik, memperoleh gelar, prestari,
dan profesi. Sehingga mereka sering mengartikan secara sempit bahwa menuntut
ilmu adalah di sekolah dengan mengikuti jengjang pendidikan dr TK sampai PT.
Nah hal ini perlu kita luruskan dan kita ubah paradigma kita bahwa sejatinya,
pada hakikatnya, dan yang sebenarnya (?) menuntut ilmu tujuannya adalah untuk
meningkatkan IMTAQ kepada Allah SWT, meraih kesuksesan hidup dunia dan akhirat.
Ketika paradigma itu sudah kita tanamkan dalam diri maka pasti setiap kita akan
sadar dan bergerak untuk menyeimbangkan antara ilmu yang kita dapat di perkuliahan
dengan ilmu agama. Kedua tidak
seimbangnya ilmu. Selama ini apa saja yang sudah ita pelajari? Sudahkah seimbang
antara ilmu pemenuhan fikriyah (akal) dan ilmu pemenuhan ruhiyah? Jangan sampai
kita hanya berat pada ilmu2 bidang studi kita tapi asing dengan ilmu agama kita
sendiri. Asing dengan jilbab, asing dengan sholat jamaah, asing dengan al
Qur’an, asing dengan masijid kampus, sholat masih bolong (hih, bukan level
mahasiswa). Dan yang ketiga non kuntinu alias mondag mandeg atau bahkan mandeg
sama sekali. Ya sekarang buang jauh2 pikiran sesat kalo yang namanya ngaji itu
pas di pesantren aja, atau dulu waktu jaman esde aja, trus sekarang udah gede
ga perlu ngaji, atau ngaji (baca: menuntut ilmu agama) tu cukup 1 semester aja,
atau 1 tahun, 2 tahun, atau satu kali pertemuan kajian aja. Cukup. Nah inilah yang
bikin ilmu yang sudah kita dapat tidak memberikan hasil sholih permanen pada
diri kita.
Nah
shobat shobat sekalian, belajar dari kisah para shahabat/shohabiayah Rosul, Abu
Bakar, Umar, Usman, Ali, Ja’far, Hamzah de el el, mereka sampai luar biasa
karena mereka senantiasa kontinyu, tdk pernah berhenti dalam mengikuti
pembinaan yg dilakukan oleh Rosul, bahkan sampai Rosulullah wafatpun mereka masih
melanjutkan pembinaan yang dilakukan Rosul kepada umat. Mereka tdk menuntut
ilmu hanya ketika Rosul masih hidup saja atau dalam kurun waktu tertentu saja,
tetapi mereka melakukannya sepanjang hidup mereka. Demekianpun yang dikakukan
generasi2 sejanjutnya, para ulama, slafush sholih, sampai pada zaman sekarang
di kampus kita, kakak2 mentor, ketua2 UKM, ketua BEM, aktivis2 kampus,
mahasiswa berprestasi, merekapun mengikuti pembinaan intensif dalam kelompok2 kecil
alias mentoring.
Nah
shobat–shobat mentee, TPAI punya program bwt kalian yang masih ingin
berjuang mensholihkan diri (mengKERENkan diri, krn yang KEREN yang MENTORING),
yapz namanya MENLAN (mentoring lanjut). Melalui program tersebut kami ingin memfasilitasi
dan mengajak teman2 sekalian untuk melanjutkan mentoring. Dan ini adalah
mentoring yang sebenarnya, bukan karena nilai PAI (nah tu kan disorientasi
lagi) atau “karena karena” yang lain (ga ikhlas). Akan dapat banyak ilmu
tentang Islam, diskusi, sharing, belajar ngaji, dan ada program2 menarik lainnya.
Diposting oleh
Unknown
di
12.01
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
